Janji yang Terluka: Kisah Raka dan Iblis yang Mematikan



Di sebuah desa terpencil, terdapat seorang pemuda bernama Raka. Dia adalah sosok yang penuh ambisi, tetapi terperangkap dalam kehidupan yang penuh kemiskinan dan ketidakberdayaan. Setiap malam, Raka menghabiskan waktu berdoa di tepi sungai, berharap suatu ketika akan ada jalan untuk mengubah nasibnya. Namun, takdir akhirnya membawanya pada pertemuan yang tak terduga dengan makhluk yang menakutkan: iblis.

Pertemuan dengan Iblis

Suatu malam, saat bulan bersinar terang, Raka bertemu dengan sosok misterius yang memiliki mata berapi-api. Iblis itu menawarkan kesepakatan yang menggiurkan. Di dalam tawarannya, ia berjanji untuk memberikan semua yang diinginkan Raka: kekayaan, kekuasaan, dan cinta sejati. Namun, ada harga yang harus dibayar. Raka harus menyerahkan jiwanya di akhir hidupnya.

Kecemasan melanda Raka saat mendengar penawaran itu. Dia bertanya, “Siapa kau? Apa maksudmu?” Iblis menjawab dengan suara yang menggoda, “Hah, Raka! Tak ada yang bisa membantumu. Tapi aku bisa. Apakah kau siap berkorban?”

Demi impian yang tak terhingga, Raka terpaksa mengangguk. “Saya akan mengambil tawaranmu.”

Kehidupan yang Berubah

Setelah perjanjian itu, kehidupan Raka berubah drastis. Dia dengan cepat menjadi pemimpin yang dihormati, proyek-proyek sukses di tangan, dan kekayaan mengalir deras ke dalam hidupnya. Namun, seiring dengan semua kesuksesan itu, Raka mulai merasakan gangguan yang aneh. Kebahagiaannya tidak pernah utuh; ada sesuatu yang selalu menghantuinya.

Dia sering mendengar bisikan-bisikan aneh dan mendapatkan mimpi buruk yang menghantui tidur malamnya. Dalam hati, Raka mulai meragukan keputusan yang telah diambilnya. Ketika ia bertanya pada dirinya sendiri, “Apa ini? Kenapa hatiku terasa berat?” Iblis dengan senyum jahat menjawab, “Kau merasa itu? Itu adalah cacing penyesalan.”

Pengunduran Diri dan Ketakutan

Semakin hari, semakin banyak orang yang menjauhinya. Teman-teman dan pengikutnya mulai menganggapnya aneh, bahkan menjijikkan. Raka menyadari bahwa keputusannya untuk bersekutu dengan iblis tak hanya membawa kesuksesan, tetapi juga menjauhkan semua yang berharga dalam hidupnya. Dalam momen ketidakberdayaan, ia pun mencari cara untuk membebaskan dirinya dari perjanjian tersebut.

Malam yang gelap adalah saat ketika Iblis muncul di hadapannya. Raka menggenggam harapan terakhir untuk membatalkan kesepakatan yang telah dibuat. “Tolong, saya tidak ingin ini! Saya ingin membatalkan perjanjian ini!” serunya dalam ketakutan.

Namun, Iblis menanggapinya dengan tawa sinis, “Oh, Raka, terlanjur enak ya hidupmu? Sayang sekali, akhir perjanjiannya sebentar lagi tiba.”

Kematian Mengenaskan

Di tengah malam yang penuh kegelapan, Raka merasakan detak jantungnya semakin cepat. Dia tahu bahwa waktu sudah dekat. Saat ia berjalan pulang, sosok iblis muncul, siap menagih janjinya. Raka terjatuh ke dalam ketakutan yang luar biasa.

“Sekarang saatnya! Tunjukkan padaku jiwamu,” kata Iblis dengan suara penuh ancaman.

Menjerit dalam kepanikan, Raka merasakan setiap kepingan harapan yang terampas. Suara jeritannya berpadu dengan tawa jahat Iblis. Dalam detik-detik terakhir, Raka merasakan penyesalan yang mendalam. Semua impian dan pencapaiannya kini terasa seperti mimpi buruk yang tak berujung.

Penutup

Kisah Raka menjadi pelajaran pahit bagi siapa pun yang berani bermain api. Dalam kegelapan malam, wajah Raka terbayang oleh setiap orang yang mendengar cerita ini, menjadikannya sebuah pengingat bahwa tidak ada kekayaan yang lebih berharga daripada jiwa.

Di desa yang sepi, hanya suara tawa jahat Iblis yang tetap menggema, mengingatkan kita akan harga yang harus dibayar jika kita mengabaikan batasan moral demi ambisi. Janji yang seharusnya mengangkatnya justru membelenggunya dalam kegelapan yang abadi, dan Raka pun tak pernah kembali.


Popular posts from this blog

Cinta yang Tak Terucapkan: Kisah Dimas dan Ayahnya

Memahami Perbedaan Ovipar, Vivipar, dan Ovovivipar dalam Reproduksi

Chasing Shadows